Putri Ningrat Malamku telah sia-sia terbuang oleh lamunan. Menjajaki nasip bersama para pakar politik, para pakar genetik, para pakar seni grafis ada lagi para pakar pembual ada satu lagi para pakar cinta.
Aku yang terkecil disini duduk bersama tumpukan jerami sama persis ayam yang mengerami. Bagitu hati-hatinya kah untuk sekedar menyapa Putri Ningrat dalam pinangan masa yang agung.
Buaian malam telah lama pudar tergantikan oleh pagi dengan sinarnya yang menjanjikan. Sinar yang begitu indah menawan tanpa goresan luka ataupun kesedihan, hanya cinta kali ini, entah apa yang dicintai, atukan siapa untuk kali ini, tapi siapa...?.
Indah pagi ini, indah bagai purnama tadi malam bersama tawaku bersama putri ningrat, bercanda membual, bergaya bercengkrama, bernostalgia menghiangkan sepi di kemudian hari. Merajut angan menyulam bintang. Mengusir sepi meraih mimpi. Akan kah Putri Ningrat, terus manjadi putri...? Akankah dia suatu kala tidak pudar dimakan usia.
Putri Ningrat kaulah yang selama ini ada dan membayangi merajut cinta dan mengusap air mata.
Huh......
secawan anggur telah menghilangkan dahagaku selama sejuta hari, haus akan cinta, kerongkonganku garing tiada suatu apa, hanya sekedar untuk mengatakan sesuatu mengenai hal itu. Masih adakah budi untukku...