Rouftracal Dot Blogs Post

Sabtu, 23 Mei 2009

Jangan Kau Rendahkan Dirimu Walau dihadapan Tuhan

Takut dan sesal


Suatu saat pikiran yang aneh-aneh itu muncul.


Bayangkan ketika seharian bergelut dengan pekerjaan (kalo boleh dikatakan) maskipun sejatinya nganggur, seharian hanya tidur, tapi segala aktifitas harus mengeluarkan uang dan uang, mau kencing saja butuh uang, apalagi belum yang lainnya, semuanya serba uang, tapi yang namanya uang tak kunjung datang. Al hasil semuanya tak kesampaian.


Cinta terbelangkalai, hati teriris oleh cercaan materi ditambah teman sekanca yang tiada lagi mengerti ada ataukah semuanya malah pergi. Pergi ataukah memang tak mungkin lagi kembali. Maskipun demikian tak kurang dari mereka yang masih ada cinta. Apa yang mereka cintai dariku. Hampa...


Diujung Shubuh semuanya teringat, mulai dari aktifitas, yang tak pantas lagi disebut aktifitas. Makan, gurauan, kelana, jalan-jalan sampainya malam nmenjelang bersama sesliweran kelalawar mencari penghidupan. Aku teringat bahwa semua itu hanyalah permainan yang harus aku mainkan dengan sempurna, maskipun kadang harus-bahkan sering mengginkari permainan tersebut.


Diujung Shubuh seusai terkapar dalam malam panjang, bangunpun tanpa sengaja. Aku menengadah dan berbicara menanyakan tentang cinta, tentang cita, harap, air mata, tahta serta sesal yang tiada kan pernah terjawab.


Hanya sesal yang menjelma


Hanya sesal yang bergelayut dalam jiwa


Tiada semangat


Tiada harap


Semuanya sirna, layaknya kabut yang tertiup siang dan malam yang berubah menjadi terang serta kelalawar yanag tiada mampu lagi memandang. Disitu aku teringat pada diriku, membayangkan dan bertanya "benarkah diriku begitu??, benarkah diriku seperti itu??, senista itu??, setiada itu??, atau se.... itu??


Akhirnya aku tertunduk lemas seusai shubuh, bersimpuh, mengajak diskusi jiwa ini. adakah yang salah dengan perjalanan hidupku?, ataukah ada satu rahasia dibalik perjalananku?


Subhanallah...!!!


Alangkah diriku telah jauh dari rasa Syukur, mensyukuri walau hanya seutas jemari yang melambai, nafas dan jangkahan langkah yang terputus. Dari sinilah aku rubah segala jalan hidupku, ingin rasanya aku berkata.


"Ya Allah, trimakasih, Engkau telah memberi rasa cinta untukku, walau rasa cinta itu hanya sebatas mata, tanpa bisa untuk memiliki, ya Allah izinkan aku untuk menikmati pemberian cinta dari-Mu ini", juga aku ingin berkata...


"Ya Allah, terimakasih, Engkau telah memberiku harta, walau tiada yang dibuat pengganjal perus dihari esok. Tapi izinkan aku untuk menerima segala yang Kau beri..."


"Ya Allah, trimakasih, Engkau telah menberi kesempatan untuk mempersiapakan diri dan merasakan nikmat-Mu yang lain yang akan Kau berikan, trimakasih ya Allah, izinkan aku untuk berucap syukur dilain kesempatan".


Itulah, mengapa aku katakan "jangan rendahkan dirimu walau dihadapan Tuhan" karena pasti ada sisi yang mesti dan harusnya disyukuri daripada mencaci mengingkari nasip yang telah diberi.


Pandang kehidupan dari sisi yang lain.


Jangan biarkan diri ini terjerumus lebih dalam yang akhirnya menyesal, tanpa pernah ada kesempatan untuk menebus segala penyesalan.