Lipatan kemeja, jelas terlihat tak teratur, terasa panas dan lusuh rautan wajah mereka. Baju yang basutan setrikanya telah menghilang. Wajah berminyak decampur dengan keringat tipis ditambah hantaman debu halus yang diterbangkan oleh angin lembut, sebagian menempel dibaju, sebagian menempel di wajah. “Sreiyyeeeet….. lengan baju yang tinggal separuh itu kini berubah menjadi hitam, terkena imbas dari sebagian wajah kotor guru sertifikasi.
Itulah sedikit gambaran wajah-wajah lelah para pencari sertifikat dunia pendidikan, mereka harus rela meluangkan waktu lebih banyak untuk meraih penghargaan keduniawian , bahkan harus rela sampai larut demi mengumpulkan syarat rukun menjadi seorang guru sertifikasi.
Wajah-wajah lelah itu jelas tergambar, guratan-guratan halus maskipun tertahan. “Hemmm…..” wajah-wajah itu semoga berkah.
Teringat cerita orang-orang tua terdahulu, mereka yang masih menangi indahnya wajah-wajah tulus saat mengajar, wajah-wajah cerah saat bertemu murid-muridnya, wajah-wajah ikhlas tanpa mengharap balas.
Seiring waktu-berjalan-guratan keikhlasan itu terlihat kian memudar , mereka lupa bahwa yang harus diiutamakan adalah muridnya-bukan dirinya, mereka harus memanjakan muridnya-bukan dirinya. “alangkah indahnya…. Wajah-wajah ikhlas dulu, kemana sekarang harus ku mencari… sudah semakin langka, yang diteliti cuman selembar data, namanya sudah tercantum pada daftar LONGLIST atau belum, seandainya yang belum, mereka harus menekuk wajah sambil mengelus dada. Dan seandainya yang sudah, mereka harus melengkapi jumlah jam yang menjadi syarat rukun sertifikasi, sehingga banyak yang menghalalkan cara segala … (sengaja dibalik, saking mbulete).
Apakah mereka lupa bahwa sebenarnya kita sekarang ini berada pada daftar long-list Allah, pada daftar antrian menjadi kekasih Allah, seandainy kita berbalik dan menjadikan dunia pendidikan setara dengan jihad untuk benar-benar memerangi niatan selain ikhlas, alangkah indahnya perjalanan hidup ini.
Allah menunggu kita untuk ikhlas menjadi kekasih-Nya. Apakah kita tidak mau menjadi kasih-Nya…!!!.menjadi kekasih yang selalu disayang oleh-Nya, yang selalu dituruti apa kemauannya.
Jadi teringat temanku kemarin yang cetingan lewat FB, dia mencari kelebihan dari kekurangannya jumlah jam mengajar. dia memintaku untuk membuatkan SK pembagian jam mengajar, yach… maskipun aku tau, semua itu bisa dilakukan, tapi… apakah semua itu baik, apa itu bukan termasuk jambret atua “entahlah” apa yang dikehendaki. (eit… dilarang ngotot).
Ya… tidak begitu lama akhirnya dia offline, setelah ku jawab tidak bisa.
“Hmmmmmm……..”
Dulu madrasah (penu: Sekolah) dibangun dan dibesarkan dengan keikhlasan, sekarang pondasi keikhlasan itu sedikit mulai luntur, seiring masuknya Tanda Jasa untuk Guru, mungkin seandainya Tanda Jasa untuk Guru itu dibarengi dengan jiwa tulus ikhlas, maka akan semakin indah. Murid berkah, Tanda Jasa-pun berkah.
Disamping kita mendapat predikat guru sertifikasi dari pemerintah, kita juga memperoleh predikat guru sertifikasi dari Allah, sebagai hamba-hamba yang mukhlaisin yang selalu mendapatkan ridho Allah.
Amiin….