Rouftracal Dot Blogs Post

Jumat, 21 Oktober 2011

Melukis Fajar dengan Cinta

Tak pernah terbayangkan kalau merpati itu dikemudian hari akan bisa terbang kembali, sayapnya yang patah itu kini telah pulih, itupun akibat perawatan serius dari seorang dokter hewan, maskipun usianya masih 15 tahun. Julukannya sebagai dokter hewan, hanyalah kebetulan saja, bukan dia sebagai lulusan sarjana kedokteran, atau perawat yang biasa merawat hewan peliharaan. Dia hanyalah seorang bocah yang beranjak dewasa, yang baru saja mengenal cinta.

Senyap suara adzan terdengar dikejauhan, suara itu jugalah yang memaksa Syarif untuk membuka matanya, indah nian lantunan itu, mengalir lirih menelusup dinding-dinding telinga mengetuk gendang dan membangunkan penjaganya, Subhanallah, suara iru juga yang kini menghipnotisnya, untuk segera beranjak dan memenuhi panggilan sang penguasa mimpi.

Tak satupun kerutan manja akan buaian mimpi diturutinya, dia meninggalkan pelukan dan belaian hangat selimut tebal, untuk menjeburkan diri pada telaga rohmat, telaga yang penuh dengan kasih sayang, telaga yang tidak akan pernah kering, telaga yang akan selalu memberi kemanfaatan pada setiap jiwa-jiwa yang kering yang membutuhkan siraman.

Disinilah letak telaga itu, tepat dikaki malam, di ujung fajar, kalau pas ada berkah pastilah akan ditemani temeram cahaya rembulan, bak pidadari yang tersenyum selalu mengharapkan kedatangan dilain waktu, menyapa, menyambut,sekedar mengulaskan senyum demi atas nama pertemuan.

Heniiing, dingiiin, menemaninya dalam kecupan pertama yang bertopangkan jemari menahan airmata, dada sesak menahan penyesalan atas dosa, akankah masih ada Syarif, ketika Syarif itu kini telah tiada??

Syarif, hanyalah sebuah julukan, yang diperuntukkan bagi mereka yang selalu ingin mendekatkan dirinya pada sang pencipta. Setiap detiknya Syarif tidak pernah tiada, dia akan selalu ada mengabdikan dirinya pada sang penguasa, merindukan cinta, merindukan senyum untuknya, merindukan kasih-Nya, merindukan sayang-Nya.

Syarif yang dulu renta, kini telah menjelma pada pemuda tampan, bedagu lonjong dan bermata coklat, beralis tebal dan bercambang sedang, rambut hitam bergelombang ikal, bebadan kekar dan berdada lebar, Sungguh sentuhan dari sang pemilik semesta yang maha sempurna.

Dada Syarif kembang kempis menahan sakitnya cobaan, kini dia berada dirumah sakit, untuk sekedar menerima ujian dari Tuhan. Syarif cepatlah sembuh, seribu Malaikat telah mendo'akanmu, seribu senyum telah menunggumu, cepatlah kau sadar, karena dunia akan kiamat seandainya kau pergi dengan membawa kesedihan dihati umat.

Syarif hanya diam, matanyapun hanya mampu untuk terpejam, walaupun demikian, nafasnya masih teratur melafalkan Allah... Allahh... seribu bibir telah mengecupkan sayang, mengiringkan lafal-lafat Allah, begitu juga seribu mata telah merelakan airmatanya mengantarkan kepada pangkuan, dan seribu tangan telah rela mengantarkan nafas-demi nafas untuk menemui Robnya.